Nicko Bolhuy, Teknisi Manajemen Konservasi Air dan Teknologi Terapan

Foto saya
Benjina, Kepulauan Aru, Maluku, Indonesia
Teknisi Manajemen Konservasi Air dan Teknologi Terapan dalam pengembangan masyarakat.

HADIAH CINTA

HADIAH CINTA

“Biasa saya melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil, ibu itu menahan napas.
Dokter menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa telinga!
Waktu membuktikan pendengaran bayi yang telah tumbuh jadi seorang anak itu bekerja sempurna. Hanya penampilannya yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak berkata, “Seorang anak lelaki besar mengejekku katanya, “aku ini makhluk aneh.”
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, “Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?” Namun dalam hati ibu merasa keasihan dengannya.
Seuatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya,  “Saya percaya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya,” kata dokter. Kemudian, orang tua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, “Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu.” Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk melakukan operasi. “Namun, semua ini sangatlah rahasia,” kata sang ayah.
Operasi berjalan sukses. Seseorang lelaki baru pun lahir. Bakat musiknya yang hebat itu merubah menjadi kejeniusan. Ia menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.”
Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kamu takan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.” Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”
Tahun berganti tahun. Kedua orang tua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya, sehingga tampaklah... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga.
“Ibumu pernah berkata, bahwa ia senang bisa memanjangkan rambutnya,” bisik sang ayah. “Dan tak seorangpun menyadari, bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?”
Pesan: Kecantikan sejati tak terletak pada penampilan tubuh, namun dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun apa yang tidak terlihat.  

1 komentar: